Jenis-Jenis Manusia Purba di Indonesia

Jenis-Jenis Manusia Purba di Indonesia


Manusia purba atau yang sering disebut dengan manusia prasejarah adalah manusia yang hidup sebelum tulisan ditemukan.
Mereka hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain (nomaden), kehidupannya masih sangat sederhana dan masih sangat tergantung pada alam.

Di Indonesia, penelitian tentang manusia purba sudah lama dilakukan, sejak abad ke 18 M yang dirintis oleh Eugene Dubois, seorang dokter Belanda.

Penelitian dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis manusia purba yang ada di Indonesia yang dapat dibuktikan dengan penemuan fosil-fosil yang banyak ditemukan di Solo, Pacitan, Ngandong, Mojokerto, dan Sangiran.

Penilitian terkait manusia purba yang berada di Indonesia, para ahli mengelompokkan manusia purba di Indonesia menjadi 3 (tiga) jenis berdasar ada hasil penemuan fosil manusia purba.

Adapun 3 (tiga) jenis manusia purba yang berada di Indonesia antara lain adalah :

1️⃣  MEGANTHROPUS (Manusia Besar).
Fosil Meganthropus ditemukan oleh von Koeningswald di Sangiran tahun 1936 dan 1941. Ia menemukan fosil rahang manusia berukuran besar.

🔸 MEGANTHROPUS PALEOJAVANICUS
Berdasarkan hasil rekonstruksi, para peneliti kemudian menamakannya Meganthropus Paleojavanicus yang berarti manusia raksasa dari Jawa.
Sebab, manusia purba jenis ini memiliki rahang yang besar dan kuat serta badan tegap. Meganthropus diperkirakan hidup di zaman Pleistosen awal dan hidup dengan cara mengumpulkan makanan,, yakni tumbuh-tumbuhan.

Ciri-cirinya Meganthropus:
- Otot kunyah, gigi, dan rahang besar dan kuat
- Berbadan tegap dengan tonjolan tajam di belakang kepala
- Bertulang pipi tebal, dengan tonjolan kening yang mencolok
- Tidak berdagu

2️⃣  PITHECANTHROPUS (Manusia Kera yang Berjalan Tegak).
Pithecanthropus berasal dari Bahasa Latin, yaitu “Phithecos” artinya kera, dan “Anthropus” artinya manusia. Fosil berupa tengkorak anak-anak ditemukan oleh Andojo yang bekerja di bawah von Koeningswald di Kepuhklagen, sebelah utara Mojokerto, Jawa Timur.
Tengkorak tersebut mirip tengkorak orangutan, sehingga dinamai Pithecanthropus. Pithecanthropus kemudian dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu;

🔸 PITHECANTHROPUS ERECTUS
Jenis manusia ini ditemukan oleh Eugene Dubois tahun 1890 di dekat Trinil, sebuah desa di pinggiran Bengawan Solo. Fosil yang ditemukan saat itu berupa bagian atas tengkorak, tulang rahang, dan tulang kaki.
Setelah direkonstruksi, terbentuk kerangka seperti manusia karena berjalan tegak, tetapi masih terlihat tanda-tanda kera.

Ciri-cirinya Pithecanthropus Erectus:
- Mempunyai bentuk tubuh yang tegap
- Tinggi badan sekitar 160-180 cm
- Pada bagian belakang kepala mempunyai bentuk yang lebih menonjol.
- Mempunyai bentuk dagu yang lebih kecil dengan rahang menonjol ke depan
- Mempunyai volume otak sekitar 900 cc
- Mempunyai bentuk wajah yang hampir menyerupai monyet.
- Memakan tumbuh-tumbuhan dan bergantung dengan alam.

🔸 PITHECANTHROPHUS SOLOENSIS
Fosil manusia purba ini ditemukan von Koeningswald, Openorth, dan Ter Haar di Ngandong dan Sangiran, tepi Bengawan Solo antara 1931 sampai 1933. Fosil yang ditemukan berupa tengkorak dan tulang kering.

Ciri-cirinya Pithecanthropus Soloensis:
- Tinggi sekitar 165 hingga 180 cm
- Tulang keningnya menonjol dan tebal
- Hidung lebar
- Rahang bawah yang kuat
- Tulang pipi yang kuat dan menonjol
- Pemakan tumbuhan dan kerap berburu hewan untuk dijadikan santapan

🔸 PITHECANTHROPHUS MOJOKERTENSIS
Pithecanthropus Mojokertensis artinya manusia kera dari Mojokerto.

Ciri-cirinya Pithecanthropus Mojokertensis:
- Berbadan tegap, tinggi badan 165-180 cm
- Alat pengunyah yang kuat
- Tulang kening tebal, menonjol, dan melebar sampai ke pelipis
- Terdapat tulang yang menonjol di belakang kepala
- Isi tengkorak diperkirakan antara 750-1300 cc
- Belum memiliki tulang dagu

3️⃣  HOMO
Homo merupakan manusia purba yang paling muda dibanding jenis lainnya. Fosil jenis Homo ini pertama kali diteliti oleh Von Reitschoten di Wajak, kemudian dilanjutkan oleh Eugene Dubois.
Ciri-ciri jenis manusia Homo adalah memiliki muka lebar, hidung dan mulutnya menonjol, dahi menonjol (tidak semenonjol jenis Pithecanthropus), bentuk fisiknya tidak jauh berbeda dengan manusia sekarang, dan diperkirakan hidup sekitar 40.000 – 25.000 tahun yang lalu.
Terdapat 3 (tiga) golongan manusia Homo, yaitu:

🔸 HOMO SOLOENSIS
Homo Soloensis ditemukan oleh Weidenrich dan Koenigswald pada tahun 1931. Temuannya berupa tengkorak dan dari volume otaknya, diperkirakan manusia jenis ini lebih maju dari Pithecanthropus.

Berikut adalah Ciri-cirinya:
- Memiliki volume otak 1000 hingga 1300 cc.
- Tinggi badan sekitar 130-210 cm dengan tubuh tegap
- Struktur tulang wajah yang sudah tidak mirip dengan manusia kera.

Ditemukan pula hasil dari kebudayaan manusia purba Homo Soloensis yaitu kapak genggam atau kapak perimbas, alat-alat serpih, peralatan yang terbuat dari tulang, dan peralatan zaman dahulu lainnya.

🔸 HOMO FLORESIENSIS
Homo Floresiensis ditemukan di Gua Liang Bua, Flores oleh Peter Brown dan Mike J. Morwood bersama-sama dengan tim dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional pada 2003 lalu.
Kala itu, manusia jenis ini kerap disebut sebagai hobbit atau manusia kerdil karena memiliki tinggi tubuh sekitar 1 meter dengan ukuran tengkorak seperti anak kecil. Homo Floresiensis diperkirakan hidup sekitar 30.000-18.000 tahun yang lalu dan telah mampu membuat peralatan dari batu dan memasak dengan api.

Ciri-cirinya;
- Memiliki badan yang tegap.
- Berjalan dengan dua kaki (bipedal).
- Tinggi badannya kurang dari satu meter.
- Volume otaknya sekitar 417 cc.
- Tidak mempunyai dagu

🔸 HOMO WAJAKENSIS
Manusia Wajak ditemukan oleh B.D. van Rietschoten pada 1889 di dekat Tulungagung, Jawa Timur. Fosil yang ditemukan berupa tengkorak, fragmen rahang bawah, dan beberapa ruas leher.

Ciri-cirinya Homo Wajakensis:
- Mukanya datar dan lebar
- Volume otak 1.630 cc
- Memiliki tinggi badan sekitar 130-210 cm
- Berbadan tegap
- Letak hidung dan mulut agak jauh

Diperkirakan sudah mampu membuat alat-alat dari batu dan tulang

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MODUL GEOGRAFI

STRUKTUR LAPISAN KULIT BUMI